BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma) YANG TERTANGKAP DENGAN MINI PURSE SEINE (Jaring Bobo) DI PERAIRAN KEPULAUAN BANDA MALUKU TENGAH
DOI:
https://doi.org/10.62176/.v6i1.58Keywords:
Aspek Biologi, Ikan Layang, Mini PurseineAbstract
Penangkapan ikan layang (Decapterus macrosoma) di perairan kepulauan Banda Naira pada umumnya dilakukan dengan menggunakan jaring bobo (purse seine). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan layang
seperti; tingkat kematangan gonad, faktor kondisi, nisbah kelamin dan hubungan panjang berat. Lokasi penelitian di sebelah utara pulau Naira, kemudian data dianalisa, analisa hubungan panjang berat ikan dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hide (1963) dalam Effendie (1979) dengan rumus sebagai berikut: W = aL b dengan W adalah berat ikan (gram), L adalah panjang ikan (mm), serta a dan b adalah konstanta (Effendie 1979). Analisa nisbah kelamin dihitung dengan cara membendingkan jumlah ikan jantan atau ikan betina dengan jumlah ikan keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%. Faktor kondisi dihitung dengan sistem metrik (Effendie, 1979) dengan rumus K = W observasi / W kalkulasi dengan keterangan K adalah Faktor kondisi tiap ikan, W observasi adalah Berat tubuh ikan saat observasi (gram) dan W kalkulasi adalah Berat tubuh ikan berdasarkan formula yang diperoleh (gram). Jumlah ikan layang (Decapterus sp) pada penelitian sebanyak 186 ekor yang terdiri dari 83 ekor ikan jantan dan 103 ekor ikan betina. Pada ikan jantan nilai b > 3 (allometrik positif) dan ikan betina nilai b > 3 (allometrik positif). Secara keseluruhan, ikan layang jantan mendominasi TKG I, V dan II, sedangkan ikan betina mendominasi TKG I, II dan V. Dengan presentasi secara keseluruhan ikan jantan 48,4 % dan ikan betina 51,6 %. Umumnya perbedaan jumlah ikan layang yang tertangkap oleh nelayan berkaitan dengan proses alamiah dari strategi reproduksi ikan tersebut. Faktor
kondisi relatif terendah ikan layang jantan adalah 0,622 – 1,557 dengan nilai tertinggi pada minggu ke-IV dan ikan layang betina adalah 0,491 – 1,538 dengan nilai tertinggi pada minggu ke-III. Perbedaan nilai faktor kondisi ikan layang diduga karena daerah operasi penangkapan ikan layang merupakan tempat mencari makan, sehingga terjadi persaingan dalam memanfaatkan sumber makanan yang sama untuk kelangsungan hidup ikan layang tersebut.

Additional Files
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2020 LPPM STP Hatta Sjahrir

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.